SALAH satu peninggalan Mohammad Natsir yang bisa dilihat saat ini adalah Universitas Islam Indonesia (UII) di Jogjakarta. Bersama Mohammad Hatta, Kahar Muzakkir, Moh. Roem, dan Wahid Hasyim, Natsir mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta pada 8 Juli 1945. ''Saat ibu kota Indonesia pindah ke Jogjakarta, STI ikut hijrah dan kemudian berganti nama menjadi UII,'' kata mantan Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra yang merupakan murid ideologis Natsir. Perguruan tinggi yang didirikan Natsir cs itu merupakan perguruan tinggi tertua di Indonesia. Lebih tua dari tetangganya, Universitas Gadjah Mada (UGM) yang didirikan pada 19 Desember 1949, Universitas Indonesia (UI) yang didirikan 2 Februari 1950, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didirikan 2 Maret 1959.
Saat ini UII sudah berkembang besar melahirkan ribuan alumnus. Mantan pimpinan GAM Hasan Tiro merupakan alumnus pertama perguruan tinggi yang dibidani Natsir. Sejumlah pejabat publik di tanah air pun lahir dari kampus yang juga menjadi tempat lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu. Mulai Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D., Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqqodas, Ketua Komnas HAM Ifdal Kasim, Ketua LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) Abdul Haris Semendawai, serta Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta Hazan Zein Mahmud.
Rektor UII Edy Suandi Hamid menyatakan, UII paling bergembira atas penganugerahan gelar pahlawan bagi Natsir. ''Kampus ini lahir, salah satunya, karena keinginan kuat M. Natsir untuk memajukan pendidikan di Indonesia,'' ujarnya.
Dalam hidupnya, Natsir juga dikenal sebagai sosok yang sederhana. Putri sulung Natsir, Siti Muchliesah, mengisahkan, pada 1956 ada seseorang yang mengantar mobil Chevrolet Impala untuk ayahnya. Saat itu mantan perdana menteri tersebut hanya punya mobil pribadi bermerek DeSoto yang sudah kusam.
Oleh Natsir, mobil itu ditolak. Kepada anak-anaknya, Natsir selalu berpesan agar mencukupkan yang ada dan tidak mencari yang tidak ada. (tom/zul)
0 komentar:
Posting Komentar